Pengalaman menjadi Tabib di Puskesmas Pembantu

               Pernah dengar kata Tabib Gak? waktu aku kecil tabib itu identik dengan dokter atau penyembuh, tapi dokter zaman dahulu kala, mungkin istilah itu digunakan berabad-abad silam lamanya. Kalau menurut KBBI tabib itu adalah  orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara tradisional, seperti dukun; 2 dokter;-- Cina sinse;

Gambaran tabib di kepala saya adalah seorang bapak-bapak tua berjanggut putih dan berjubah putih dengan atribut obat-obata dari tumbuhan herbal serta ramuan-ramuan mujarab hasil racikan. Kurang lebih seperti itulah.

Kenapa saya tiba-tiba berbicara mengenai tabib? jawaban yang tepatnya bukan karena saya seorang dokter sih, lebih tepatnya setelah 6 tahun kuliah sebagai mahasiswa kedokteran  dan baru satu tahun  yang lalu memperoleh gelar dokter , baru disinilah (PUSTU) saya merasa menjadi tabib. 

Bingung?

baiklah saya akan menceritakannya dari awal, supaya anda mengerti dan kita bisa tertawa bersama. (Hahaha)..

Sekarang saya sedang bertugas sebagai dokter internship (magang) di Kota Batam. Empat bulan sudah saya lewati di ruangan (dengan segala suka duka yang ada), dan di bulan Oktober adalah jadwal saya untuk bertugas di Puskesmas hingga 4 bulan mendatang.  Selama di Puskesmas, seminggu sekali dari kami berenam ada yang bertugas jaga PUSTU (Puskesmas Pembantu) di Tanjung Uncang (masih kawasan batu aji) tapi jaraknya jauh sekali (menurut saya) dari puskesmas induk (kira-kira sampailah 30 menit dengan motor, jika kecepatan stabil 50-60 km/jam). 



Yang pertama kali bertugas di PUSTU adalah Ario, karena saya bertugas di PUSTU hari sabtunya (10/10/15) saya pun menjadi insecure sendiri , saya memikirkan bahwa pustu tersebut pasti di dearah terisolir dengan perlengkapan yang terbatas. Glup.. rasanya jantung terus berdebar kencang, dan air ludah mengering

saya pun menghubungi ario via line
"yok, gimana di pustu?"
ario : "pasien rame fri, sekitar 20 an ke atas.."
saya menelan ludah, makin ketakutan dan tak berani bertanya apa-apa lagi.


Keesokan harinya (jumat), Nila bertugas di Pustu

saat makan siang bersama Nila (setelah dia selesai tugas dari pustu) , saya pun melakukan sedikit tanya jawab.

" Gimana pustu  nil? aman gak?

" ah.. capek fri.,, pasien rame, semuanya serba sendiri.."

"maksud lo Nil?bukannya katanya ada bidannya satu tinggal di Pustu itu yang bakal bantu kita?"

"iya fri.. ada Buk Bertha, tapi hari ini ada Posayandu, jadi Bu Bertha mengurus Posyandu, jadinya gue sendiri di Pustu.."

"hecticnya gimana nil? aku mulai feeling insecure

" ya.. kita jadi tukang panggil pasien, tulis di buku register, ngasih obat, ambil obat di lemari obat, gerus obat buat puyer, dan ngambil duit administrasi sekalian ngasih kembalian. ada yang ANC dan KB juga."

saya mulai menahan napas, dan cuma mampu berkata..
"wow...kita merangkap jadi perawat, bidan, apoteker, dan petugas administrasi, amazing.."

dan seharian saya pun lesu, stres memikirkan apa yang akan terjadi besok.


Hari X pun tiba. Pagi-pagi setengah delapan saya ke Puskesmas induk untuk Finger Print , kemudian langsung bergegas menuju PUSTU . Well, actually i didnt know exactly where the location is;but i ve tried my best to follow Nila's direction. 

"pokoknya luruss ajaa terus,, lurus..lurus ..lurus,, sampek lo nemu plang Batamec.."


sebelum berangkat aku pun mengkonfirmasi
ulang alamat pustu ke kakak perawat dan bidan di puskesmas induk

"pokoknyaaaa lurusssssssssssssss ajaaa dok.. jauh memang dari ujung ke ujung sampek nemu plang batamec."


okay,, pikirku, kuncinya adalah Batamec. jadi misiku pagi itu adalah menemukan plang Batamec, belok kiri dan mencari rumah susun dan puskesmasnya tepat di  depan Rusun (rumah Susun)


" memang agak sedikit jauh dok,, awalnya kita akan ragu , apakah plang Batamec itu sudah terlewatkan atau belum, tapi jangan ragu dok,, lurus aja terus,, memang agak jauh dia baru kita akan menemukannya..""

(ah plang batamec engkau seperti jodoh saja,,."pikirku)

Akhirnya aku pun melajukan motor. Dengan shalawat dan ayat kursi terus saya senandungkan sebagai doa keselamatan dalam perjalanan. 

ternyata persis sesuai gambaran informan. Aku sudah jauh melaju, lurus,lurus dan lurus, tapi tak ketemu jua dengan plang batamec. Hingga sampailah di jalanan besar, agak terjal dan mendaki, dan kendaraan tidak begitu banyak berlalu lalang disana, dan pabrik pabrik besar berdiri tegap di sepanjang jalannya. 

aku pun sangsi dan ragu untuk melaju , belum lagi dalam beberapa bulan terakhir kasus kejahatan terhadap perempuan (yang mengendarai sepeda motor di Batam meningkat), aku pun berbalik arah,  berasumsi jika plang Batamec sudah terlewatkan, aku saja yang tidak konsentrasi memperhatikan.

Aku pun berputar , berbalik arah, beberapa meter setelah mutar arah, aku mampir ke sebuah warung,.

" permisi Buk,,mau nanya, pustu tanjung ucang dimana ya?

"hah?" si ibu kelihatan tidak ngeh

"rumah susun buk.. rumah susun tanjung uncang.."

"oh.. masih jauh mbak... kira-kira 1 km lagi.. lurus aja,, sampai nemu plang Batamec


(oh GOD, i am tired to hear this word (" BATAMEC')

Dan saya pun kembali melaju lurus sesuai instruksi, mencari BATAMEC. 

Pencarian Batamec pun usai, saat pandangan saya menangkap plang iklan besar bertuliskan Batamec itu, mendadak saya menyenandungkan sebuah lagu dengan irama asal bunyi dengan lirik "finnally i ve found you, yang saya ulang berkali-kali di dalam kepala saya,..



ah.. disana, akhirnya saya juga menemukan pustu, sebuah bangunan tua kecil dengan cat dinding yang sudah pudar dan mengelupas, pintunya di cat biru muda, dan teras yang masih di cor semen. Seorang pria disana sedang duduk menelepon. Langsung saya hampiri.

" Mas, ini pustu?"

dia cuma mengangguk, sambil masih komat kamit di telepon.

Saya pun mengetuk pintu, dan di bukakan oleh seorang wanita paruh baya

" bu berta nya ada buk? saya dokter internship yang pagi ini bertugas disini.."

" masuk dok,," kata seseorang dari dalam, yang ternyata adalah ibu berta 

" saya cuma bisa temani sebentar dok,, soalnya hari ini ada jadwal posyandu lagi.."

" tidak apa apa buk.. " saya tersenyum padahal hati saya seperti mau copot karena takut di tinggal sendirian (soalnya saya belum mengenal medan perang) belum tau dimana letak letak obat-obatan, atau alat-alat yang saya perlukan. 


Setelah bercakap-cakap, menanggani tiga pasien ditemani oleh ibu bertha, dan bertanya beberapa hal mengenai letak obat, Bu Bertha pun pamit pergi untuk mengikuti posyandu, dan tinggalah saya sendiri.Menanggani pasien sendiri, mulai dari memanggil pasien , mengobati, menyediakan obat, jika anak-anak obatnya saya gerus dulu menjadi puyer, dan itu menghabiskan waktu yang lamaaa banget. Terakhir menjadi kasir, menerima pembayaran administrasi 5000 sampai nyari kembalian..  Pasiennya juga lumayan ramai dan campur aduk, ada yang ANC, suntik KB, pengobatan klinis biasa dan sebagainya..


Akhirnya. jam menunjukkan pukul 12.00. dan akhirnya pasien mulai sepi, aku pun pulang...

demikian kisa saya di PUSTU, lelah, tapi menyenangkan. Kurang lebih saya mengerti rasanya berbakti di pedalaman dengan segala persediaan yang terbatas :-)









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM