saat orang tua sakit dan saat si anak sakit ( cuplikan kisah bermakna yang saya dapatkan di rumah sakit)

kalau dihitung-hitung, mungkin sebahagian besar hidup saya,telah saya habiskan di rumah sakit selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak hal tentang kehidupan yang telah saya pelajari,termasuk karakter diri saya sendiri dan orang-orang di sekitar. Setiap cuplikan kehidupan terus mencuat hari demi hari mewarnai setiap detik hidup. Karena ini di rumah sakit,tentu saja yang saya pelajari adalah makna hidup itu sendiri.


Rumah sakit,ya.. sakit. Siapa sih yang bahagia jika sakit? (kecuali bagi penderita hipokondriak). Jarang sekali kau menemukan kebahagian disini. Jika pun ada maka mungkin itu kebahagian sederhana yang sedemikian langka.

Banyak sekali cerita kehidupan yang saya temukan, mungkin tak dapat saya ceritakan satu-satu.. Tapi sekilas bisa lah saya ceritakan. Ini mengenai sebuah ketulusan, kesetiaan dan cinta.

Si sakit membutuhkan cinta. Namun dari 100% mungkin hanya sepersekian persen yang mendapatkan cinta itu.. Dan beruntunglah mereka si sakit yang selalu dikelilingi dan mendapatkan curahan cinta orang terkasih saat mereka lemah tak berdaya. Kebahagiaan sempurna.

Saat seseorang sakit. Ada dua pihak yang di uji. Si sakit dan pihak yang merawatnya. Tentu saja Allah punya hadiah yang indah untuk masing masing mereka yang iklas dan sabar.

Dari yang saya amati, terdapat berbagai keadaan. Ada kejadian dimana pihak yang sakit sabar tetapi keluarga atau yang merawat tidak sabar dalam merawat dan meladeni..Ada juga Pihak yang sakit rewel namun keluarga atau yang merawat tetap sabar meladeni.. Ada juga si sakit yang sendirian tanpa siapapun yang menemani..

Ingatan saya menghantarkan saya pada sepasang suami istri lanjut usia ( saat saya masih koas dulu). Si istri di diagnosa gagal ginjal dengan komplikasi dan harus cuci darah dengan infeksi berat di daerah leher. Si kakek yang ringkih dengan setia merawat kekasihnya. Mengganti popok si istri dengan tangan tuanya yang keriput. Melakukan dengan sabar setiap permintaan sang istri. Selalu berada di sisi saat si istri mengerang kesakitan tengah malam. Pernah sekali saya bertanya. " Bapak punya anak?berapa orang ?". si bapak menjawab " punya.. mereka bekerja di kota A.. tidak bisa ikut merawat..".  Hati kecil saya tersentuh. Saya teringat ayah ibu. Nanti suatu saat jika mereka sakit. Apakah saya akan jadi anak tidak tahu diri yang lebih mengutamakan pekerjaan daripada berada disisi kedua orangtua tercinta yang lebih membutuhkan.. air mata saya mengalir dalam diam hari itu. Ah..cinta si kakek begitu tulus .

Pernah juga saya merawat pasien dengan borok di kaki akibat penyakit diabetes kronis. Usia nya mungkin sekitar enam puluh tahun . Tubuhnya ringkih kurus. Kakinya kotor kehitaman tidak terawat yang bisa memperparah infeksinya. Beliau ditemani seorang nenek yang sama kurusnya. Seorang nenek yang dengan setia memapah sang suami seorang diri ke kamar mandi. Tubuh ringkih mereka berdua terkadang terseok perlahan,sembari tangan satunya lagi memegang botol infus. Pemandangan yang bisa buat air mata saya atau siapapun yang punya hati jatuh tertumpah.  pertanyaan yang sama terlontar.. " anak nya mana bu?" jawaban yang sama kembali muncul.. "bekerja di kampung.."
Hati saya berdenyut kuat. Rasanya begitu menohok..

Di Batam.. Cuplikan yang sama seperti yang saya sendiri saksikan saat saya pendidikan di Aceh pun sering juga terjadi..
saat seorang anak yang merawat ibu atau bapaknya
"dok. kami minta izin ibu kami dipulangkan sajalah..tidak ada lagi biaya..biar rawat di rumah.."

"tetapi buk..saya sudah jelaskan risikonya.pasien menderita infeksi otak. kesadarannya menurun. pernapasan sesak. jika di pulangkan dalam perjalanan bisa berisiko .. kematian terjadi sewaktu-waktu. apa ibu atau bapak siap?

" ya mau bagaimana lagi dok..sudah tidak ada lagi biaya. lebih lima juta uang kami habis untuk obat.. lagipula kami tidak punya jaminan. Ibu kami tidak di daftarkan ke bpjs.."

lagi-lagi jantungku berdenyut lebih kuat.

sementara saat orangtua membawa anaknya yang sakit..
"lakukan yang terbaik untuk anak saya dok.."
kemudian mereka berhutang sana sini.Demi anaknya.Buah hati tercinta sembuh sedia kala.


Tapi.. Bukan berarti tidak ada si anak yang merawat orang tua dengan tulus. Pernah saya temukan tapi langka..dan mungkin si orangtua adalah orangtua yang beruntung memiliki anak anak seperti mereka..

Anak anak yang dengan setia duduk di samping ranjang orangtuanya yang terbaring. Berbisik halus di telinga orangtuanya dan sesekali membacakan ayat kursi dan doa doa. Menyuapi mereka dengan penuh kasih sayang dan mencebok tanpa rasa jijik.. pemandangan yang mengharukan.. Mungkin tipe tipe pasien ini akan lebih panikan dan cemas dan terkadang terkesan rewel pada dokter dan perawat yang jaga. Namun semua itu tak lebih karena mereka sayang.

Pernah ada pasien sudah dalam kondisi sekarat dan prognosisnya sudah sangat buruk. Akhirnya pasien henti napas dan beberapa detik kemudian diikuti henti jantung. Satu jam saya dan perawat melakukan resusitasi jantung paru sampai akhirnya pasien memang sudah tidak tertolong. Pupil dilatasi. Nadi tidak teraba . tekanan darah tidak terukur dan gambaran listrik jantung datar. Akhirnya saya pun menyatakan di hadapan mereka bahwa pasien meninggal dunia. Ada satu anak pasien. Selama ini begitu sabar dan telaten merawat sang ayah. Mungkin sang anak begitu terguncang. Tanpa sadar dia menarik tangan saya dn berkata
"pompa lagi jantung ayah saya dok.. tekn lagi dok.. tolong dok..

sampai keluarga yang lain datang menenangkannya dan menyuruhnya mengiklaskan.

masih bisa saya rasakan cengkraman tangannya itu. Yang begitu sedih dan putus asa. Ia sangat menyayangi ayahnya. Saya rasa. Jujur saja. Saya ingin rasanya menangis saat itu juga. Tapi kami dokter di ajarkan berempati bukan bersimpati. Saya hanya bisa meremaskan bahunya. Menunjukkan keseriusan bahwa saya juga sedih dan mengerti akan apa yang ia alami. Dan kondisinya ayahnya mrmang sudah sangat buruk dan menyuruhnya bersabar. Ah.. profesi kami sulit kawan. Kami harus kuat menahan perasaan. Walaupun kemudian setelah itu mungkin kami menangis diam diam di kamar mandi. Turut merasakan apa yang dirasakan. Karena saya sedang jauh dari orangtua. Jadi saya teringat kedua ibu bapak. Mereka sudah tidak muda lagi. Dan tiba tiba saya ketakutan. Takut mereka sakit. Saya belum sanggup kehilangan mereka... Tuhan sehatkanlah orang tua saya selalu..Amin..


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM