Selama aku merasa masih memilikiNya aku tidak takut

Jauh -jauh hari, sebelum pemilihan wahana. Aku sudah was-was. Ketidakpastian kemana dan dimana penempatan magang ku nanti buatku takut setengah mati. Aku berharapnya sih, bisa internsip di Banda Aceh (Rs Meuraksa) Paling Jauh Tapaktuan. Tapi nasib berkata lain. Pada hari H pemilihan Lokal entah kenapa koneksi ku gagal terus. Sempat aku minta bantuan temanku di Jakarta. Gagal Juga. Jam 15.00 baru aku bisa terkoneksi dengan web. Alangkah terkejut wahana sisa tinggal Simeulue dan Singkil. Dua tempat itu bukan prioritasku. Lumayan jauh dan medannya kurang ku kenali. Aku pun menelpon orangtua untuk minta izin memilih salah satu wahana sisa tersebut. Satu menit berbicara di telpon,aku pun menetapkan pilihan. Ku refresh halaman web dan muncul pernyataan jika wahana lokal di Aceh Sold Out. Aku pun lemas. Berarti aku harus siap untuk  memilih wahana nasional besok.

Wahana nasional  jauh lebih asing lagi. Aku bukan perantau. Dari dulu aku selalu di Aceh. Pernah ke luar sekali tahun 2007. Itupun selalu dalam pengawasan pendamping dewasa. Tidak benar-benar sendiri. Kehidupan yang selalu berada dalam comfort zone buatku takut setengah mati untuk menghadapi tantangan baru di luar zona nyamanku itu.

Tapi apa boleh buat. Mau tidak mau aku terpaksa mau. Aku tidak boleh cuti internsip bulan ini. Aku tidak boleh mnunggu tiga bulan lagi atau empat bulan lagi. Semakin cepat internsip ini berakhir maka semakin cepat targetku tercapai. Banyak planning yang belum ku jalankan. Dan aku tak boleh lemah hanya karena tak mampu keluar dari zona nyaman.

Ya. Aku benar benar.nekad. Tabunganku sebnarnya tak memadai untuk mengawali karir di luar tanah kelahiranku. Apalagi jika aku berharap terhadap orangtuaku
 Sungguh tak ingin aku bebankan mereka lagi.. Aku ingin sekarang aku yang harus bekerja keras membahagiakan mereka.

Mulailah malam itu aku berfikir. Wahana nasional apa yang harus aku pilih besok ( 29/04/2015). awalnya pilihanku jatuh pada anambas. Namun setelah aku tinjau ulang. Sebagai wanita terlalu kondusif memilih wahana itu dan aku merasa kurang mampu menyinkronkan diri dan beradaptasi. Denga-dengar insentifnya besar. Tapi itu bukan suatu dasar mutlak untuk menjadikan pilihan. Setelah semalaman menggigil karena kecemasan yang dalam dan meminta bantuan yang kuasa. Akhirnya aku mantap memilih Batam sebagai pilihan pertama.

Dan Pada hari pemilihan, Allah membantuku mendapatkan wahana yang kuinginkan dengan bantuan seorang teman (Aga S Imanda). Ya. sah lah aq menjadi salah satu dokter magang di rsud embung fatimah kota Batam.

Awalnya bahagia luar biasa. Itu wahana favorit nasional tentu saja. Setelah terpilih melalui grup nasional aku mncari teman satu wahana yang lain. Kami ada 18 orang dari universitas yang berbeda. Rata rata universitas yang terkemuka seperti trisakti.UI. USU.UNand.UPH. ATmaja. UMY. Untar..ah.. beberapa hari setelah itu baru kemudian aku kembali galau dan dilanda cemas. ntahlah. Rasa tidak yakin terus menghantuiku. Apakah aku mampu?apakah aku bis hidup disana? bagaimnaa dengan biaya ? bagaimana jika bhd telat kluar? bagaimana jika tidak mampu adaptasi? bagaimana jika aku tak asik untuk di jadikan teman? Bagaimana tanggapa teman baru ku tentang fisik dan materiku? ah pertanyaan itu membunuhku pelan-pelan. Dan hal -hal yang harus ku persiapkan untuk kesana juga menghempasku keras keras ke permukaan. Hidup ini keras teman. Sangat. Tapi syukurlah aku masih punya Allah. Minimal aku masih punya harapan ADA YANG MENOLONGKU  setiap aku butuhkan. Keyakinan Dia yang. selalu ada. Menghadiahiku dengan apa yang ku pinta.. Saat ini bantu buatku tertawa. Hai okay sekarang dalam hal materi aku tak punya apa apa. Tapi selama aku percaya vahwa Allah itu ada dan tidak meninggalkanku sendiri aku merasa aku punya segalanya. Bismillah... Terkadang kenikmatan itu punya sisi tersendiri untuk dinikmati. Lembar berliku ku pun dimulai dan selama Allah bersamaku liku ini akan dimudahkan insyaallah