Memeluk Cinta Part 5
Baca kisah sebelumnya part 4 klik disini
"Kalau kau mau pecat aku, pecat saja!" Demi Tuhan, aku lelah dan tak sanggup menemani kau makan malam.." teriak ku keras-keras sambil menyentakkan tangan saat kami hampir sampai beberapa langkah lagi dari mobilnya.
Aku bisa menatap sinar kaget dari mata Kharis. Laki-laki itu terdiam. Tidak berusaha untuk menarik tanganku lagi
"Tidak semudah itu memecatmu bodoh, kau cukup pintar dan berguna bagi perusahaan.." Kharis mencoba membalasku dengan kata-katanya yang menusuk.
" Masuklah, aku akan mengantarmu ke hotel. Besok pesawatmu take off jam 09.00 pagi aku masih ada sedikit urusan disini.."
Aku masuk ke dalam mobilnya, memasangkan sabuk pengaman dengan wajah kecut tanpa berbicara sepatah katapun.
"Nindi si pemberontak, sejak kecil tak pernah berubah.." Kharis kemudian tertawa karena gurauannya sendiri. Aku tak menanggapi.
Mobil CRV sewaan itu melaju dengan kecepatan standar. Tak ada dari kami yang bersuara.
Kharis tiba-tiba menarik sebuah CD dalam salah satu laci dan memutar musik untuk memecah kebisuan.
Aku benar-benar tak sabar merebahkan tubuh ini di kasur kamar hotel dan melanjutkan tangis yang tertunda.
Alunan musik terdengar menghentak-hentak dari speaker yang sengaja di naikan volumenya oleh bosku yang songong ini. Suara Rita ora memenuhi ruang mobil. Kharis pelan-pelan menghentak kakinya sambil ikut bernyanyi mengikuti lirik yang disenandungkan oleh Rita ora.
Wajahnya terkesan serius, seakan-akan hanya dia sendiri disini. Dalam hati sebenarnya aku tersenyum karena ia tampak konyol. Demi tuhan ini kali pertama aku mendengar KHARIS versi dewasa bernyanyi.
Dulu sekali pernah, saat Kharis kecil bernyanyi lagu Indonesia raya saat ujian Kesenian untuk kenailan kelas atau lagu Soundtrack Power Rangers yang biasa kami nyanyikan bersama saat bertualang di atas pohon jambu besar di belakang rumahnya sepulang dari sekolah.
When you say you had enough
And you might just give it up
Oh, oh
I will never let you down
When you're feeling low on love
I'll be what you dreaming of
Oh, oh
I will never let you down
suara Kharis semakin terdengar jelas saat menyanyikan lirik itu. drrrrr.. tiba-tiba ada desir yang merambat di hatiku. Aku menatap wajahnya. Si bos arogan yang besar kepala. Kharis mungil begitu cepatnya bertransformasi. Meski dia kasar, sombong, angkuh, ketus tapi sebenarnya Sosok yang sedang bersama ku ini ingin menghiburku dengan caranya. Aku pun tersenyum dan terus menatapnya. Sadar sedang di perhatikan, Kharis pun berhenti bernyanyi kemudian balik menatapku, terlihat salah tingkah.
" Jangan menatapku seperti itu, aku tahu kau mau mengatakan suara ku bagus dan aku cocok jadi artis.. tapi simpanlah semua pujianmu.. " Kharis tersenyum simpul sambil merapikan kerah kemejanya, sok gaya.
Aku tak menjawab apapun. Hanya menatapnya lagi dan tersenyum. aku bisa melihat kharis makin salah tingkah, mendorong wajahku ke samping kiri.
" wajahmu minta di timpuk!" ucapnya ketus
Aku tertawa keras -keras
"ahhahjaa..baru kali ini ku lihat wajahmu merah.. kenapa? tak biasa di pandangi gadis cantik ya?" ledekku sambil meletakkan kedua tangan di pipi dan menjulurkan lidah.
" Cantik?" tanyanya dengan bibir dicibirkan. Terlihat mengejek.
" Kalau macem kau ini cantik, kiamat dunia.." kemudian laki-laki itu mengangkat kedua bahunya dan menggeleng-gelengkan kepala seolah pernyataanku merupakan hal tergila yang pernah dia dengar.
Kemudian kami pun tertawa.
"Kharis.. tiba-tiba aku lapar...kau masih berbaik hati mengajakku makan malam?"
Kharis tertegun sesaat. Kemudian tersenyum sinis penuh kemenangan
" Karena kali ini kau yang mengajak , jadi kau yang traktir..." dan ekspresi wajahnya terlihat menjengkelkan sekali.
"okay.." aku berteriak pura-pura marah
"aku yang traktir.... Dasarlah kau ini bos besar kepala, pelit dan arogan.."
Kharis menatapku marah
" Apa kau bilang???"
Aku meledek dan tersenyum penuh.kemenangan
" Bos pelit dan arogan"
" kau karyawan cengeng yang malu-maluin.." balasnya
dan kemudian kami pun tertawa lagi
" makasih Ris.." desisku dalam hati
Bersambung ke Part 6
Part 6
"Kalau kau mau pecat aku, pecat saja!" Demi Tuhan, aku lelah dan tak sanggup menemani kau makan malam.." teriak ku keras-keras sambil menyentakkan tangan saat kami hampir sampai beberapa langkah lagi dari mobilnya.
Aku bisa menatap sinar kaget dari mata Kharis. Laki-laki itu terdiam. Tidak berusaha untuk menarik tanganku lagi
"Tidak semudah itu memecatmu bodoh, kau cukup pintar dan berguna bagi perusahaan.." Kharis mencoba membalasku dengan kata-katanya yang menusuk.
" Masuklah, aku akan mengantarmu ke hotel. Besok pesawatmu take off jam 09.00 pagi aku masih ada sedikit urusan disini.."
Aku masuk ke dalam mobilnya, memasangkan sabuk pengaman dengan wajah kecut tanpa berbicara sepatah katapun.
"Nindi si pemberontak, sejak kecil tak pernah berubah.." Kharis kemudian tertawa karena gurauannya sendiri. Aku tak menanggapi.
Mobil CRV sewaan itu melaju dengan kecepatan standar. Tak ada dari kami yang bersuara.
Kharis tiba-tiba menarik sebuah CD dalam salah satu laci dan memutar musik untuk memecah kebisuan.
Aku benar-benar tak sabar merebahkan tubuh ini di kasur kamar hotel dan melanjutkan tangis yang tertunda.
Alunan musik terdengar menghentak-hentak dari speaker yang sengaja di naikan volumenya oleh bosku yang songong ini. Suara Rita ora memenuhi ruang mobil. Kharis pelan-pelan menghentak kakinya sambil ikut bernyanyi mengikuti lirik yang disenandungkan oleh Rita ora.
Wajahnya terkesan serius, seakan-akan hanya dia sendiri disini. Dalam hati sebenarnya aku tersenyum karena ia tampak konyol. Demi tuhan ini kali pertama aku mendengar KHARIS versi dewasa bernyanyi.
Dulu sekali pernah, saat Kharis kecil bernyanyi lagu Indonesia raya saat ujian Kesenian untuk kenailan kelas atau lagu Soundtrack Power Rangers yang biasa kami nyanyikan bersama saat bertualang di atas pohon jambu besar di belakang rumahnya sepulang dari sekolah.
When you say you had enough
And you might just give it up
Oh, oh
I will never let you down
When you're feeling low on love
I'll be what you dreaming of
Oh, oh
I will never let you down
suara Kharis semakin terdengar jelas saat menyanyikan lirik itu. drrrrr.. tiba-tiba ada desir yang merambat di hatiku. Aku menatap wajahnya. Si bos arogan yang besar kepala. Kharis mungil begitu cepatnya bertransformasi. Meski dia kasar, sombong, angkuh, ketus tapi sebenarnya Sosok yang sedang bersama ku ini ingin menghiburku dengan caranya. Aku pun tersenyum dan terus menatapnya. Sadar sedang di perhatikan, Kharis pun berhenti bernyanyi kemudian balik menatapku, terlihat salah tingkah.
" Jangan menatapku seperti itu, aku tahu kau mau mengatakan suara ku bagus dan aku cocok jadi artis.. tapi simpanlah semua pujianmu.. " Kharis tersenyum simpul sambil merapikan kerah kemejanya, sok gaya.
Aku tak menjawab apapun. Hanya menatapnya lagi dan tersenyum. aku bisa melihat kharis makin salah tingkah, mendorong wajahku ke samping kiri.
" wajahmu minta di timpuk!" ucapnya ketus
Aku tertawa keras -keras
"ahhahjaa..baru kali ini ku lihat wajahmu merah.. kenapa? tak biasa di pandangi gadis cantik ya?" ledekku sambil meletakkan kedua tangan di pipi dan menjulurkan lidah.
" Cantik?" tanyanya dengan bibir dicibirkan. Terlihat mengejek.
" Kalau macem kau ini cantik, kiamat dunia.." kemudian laki-laki itu mengangkat kedua bahunya dan menggeleng-gelengkan kepala seolah pernyataanku merupakan hal tergila yang pernah dia dengar.
Kemudian kami pun tertawa.
"Kharis.. tiba-tiba aku lapar...kau masih berbaik hati mengajakku makan malam?"
Kharis tertegun sesaat. Kemudian tersenyum sinis penuh kemenangan
" Karena kali ini kau yang mengajak , jadi kau yang traktir..." dan ekspresi wajahnya terlihat menjengkelkan sekali.
"okay.." aku berteriak pura-pura marah
"aku yang traktir.... Dasarlah kau ini bos besar kepala, pelit dan arogan.."
Kharis menatapku marah
" Apa kau bilang???"
Aku meledek dan tersenyum penuh.kemenangan
" Bos pelit dan arogan"
" kau karyawan cengeng yang malu-maluin.." balasnya
dan kemudian kami pun tertawa lagi
" makasih Ris.." desisku dalam hati
Bersambung ke Part 6
Part 6
Komentar
Posting Komentar