cerpen penantian tiada akhir

Matahari bersinar terik di sela hiruk pikuk kendaraan bermotor, temperatur kota pun semakin memanas. Debu jalanan berseliweran ditiupi angin nakal ditemani asap knalpot yang menyesakkan. 

Rivi mendengus kesal, melirik arloji sesaat matanya awas mengamati jalan raya dan kendaraan yang lalu lalang satu persatu. Gadis itu gelisah, bibirnya tak berhias senyum, sesekali ia rogoh hand phone dari dalam ransel hijau mudanya, memencet sebuah nomor dengan tergesa, meletakkan handphone di kupingnya dan menunggu. Hingga pada akhirnya terdengar nada sibuk dan ia pun kemudian membanting hand phonenya kembali ke dalam ransel, terlihat putus asa. 

To: xxxxxx
"sudah lebih puluhan purnama aku menunggu, mau berapa purnama lagi,? atau sampai matahari habis energi? dan rembulan redup?

gadis itu pun akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan singkat

lama ia menunggu, tetap tak ada balasan. 

Amarah Rivi semakin membuncah, kesabarannya sirna seiring waktu. 

TitTit. 
klakson mobil itu mengejutkannya. Mobil itu berhenti tepat di hadapanya. Rivi terdiam, mobil Rush hitam itu seolah asing baginya. Seolah mengerti apa yang gadis itu pikirkan, pengemudi langsung menurunkan kaca, menyapa Rivi dengan ramah.
"Rivi..?"
ya,saya?" dahinya di kernyitkan.
"saya Iz, saya di tugaskan menjemputmu.."
Rivi merasa ganjil
" benarkah? tapi kenapa ia tidak mengabari aku sebelumnya?"
laki-laki di balik kemudi itu tersenyum
" kau telah menunggu lama untuknya.. dan tidak ada gunanya lagi menunggu.. dia tidak akan datang, dan aku pun tak yakin ia akan menjemputmu.. Jika ia serius, pasti tidak akan selama ini..ayahmu menyuruhku menjemputmu, naiklah"
paksa laki-laki itu saat melihat Rivi masih tak bergeming di tempatnya
"aku tidak akan naik, pergilah tuan. sampaikan salam pada ayahku.." Rivi menolak dengan santun. Senyumnya terlihat agak di paksakan.
"Dia akan datang sebentar lagi..lihat saja.." ujar Rivi yakin, walaupun masih terselip keraguan disana.
"sudah berapa jemputan yang kau tolak tumpangi..?"tanya pria itu, wajahnya terlihat jenaka
" tiga, ditambah dengan tumpanganmu.."
Laki-laki itu terdiam, menatap Rivi dengan sungguh-sungguh.
"ayolah, kau benar-benar keras kepala, dia tidak akan datang, kalau kau tolak tumpanganku kau akan menyesal. Sesungguhnya akulah yang terakhir, dan jika dia juga tak hadir kau akan menua disini menunggu dalam sepi.."
Rivi bergidik, menatap dalam kedua bola mata laki-laki itu, ada kejujuran disana. Senyumnya membawa rasa aman.
" mengapa kau begitu ngotot?" jerit Rivi pelan
"karena aku sudah mempersiapkan hal ini sejak lama, untuk memberikanmu tumpangan yang terbaik..naiklah.."
Rivi menurut. Ia melangkah pelan. Membuka pintu mobil, duduk di sebelah laki-laki itu dengan canggung.
"kemana kau akan membawaku,Tuan?"
Laki-laki itu tersenyum, manis sekali. 
" ke tempat dimana kebahagian berada.."
Laki-laki itu menghidupkan mobilnya, dan mereka melaju dengan pelan tapi pasti. Rivi mulai bisa tersenyum lagi. Seakan rasa lelah sekejab sirna dari hati dan benaknya. Ia merasa ringan, melayang dan jatuh cinta lagi.


Komentar

  1. Daleum... ada makna tersirat kayaknya, haha

    BalasHapus
  2. ahahaha.. seriously :p just writing something that popped up on my head.. :p nothing serious

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM