Separuh Aku Dirimu (2)

sambungan...


Pelukanku membuatmu semakin kaku. Sejenak kamu tergugu dan selepas itu membisu. Aku masih terisak dengan kedua lengan masih mengalungi perutmu. Kita mematung dalam labirin masa lalu. Begitu perih rasanya tak mampu memiliki cinta yang ku yakini mampu buat hidup terasa mandraguna. Jika mengenalmu adalah suatu kesalahan maka melewatkanmu lebih dari sekadar itu. Seharusnya takdir membuat kita saling mencintai lebih awal.  Sehingga tak perlu kita habiskan waktu bertahun-tahun bermain di belakang dua insan yang sebenarnya juga kita sayang. Malangnya masa kecil dan kebersamaan kita dalam hal apapun tak  akan buat kita saling menyadari jika bibit cinta sedari dulu telah tersemai, lambat laun tumbuhlah ia menjadi sangat subur dengan akar-akar yang kokoh menancap dalam sampai ke pori-pori sanubari. Aku tak mampu mencabutnya lagi, begitu juga kamu. Aku tahu itu. pada akhinrya kita berdua menyerah pasrah dan terlena dalam nuansa merah jambu.

Sembunyi-sembunyi merajut jalinan semu yang cuma nyata antara dua hati saja. Aku dan kamu. Kita bersalah, ya bersalah untuk menyadari bahwa sebenarnya kita saling mencintai. Semua nyaris terungkap pada hari itu, hari dimana keluargaku memperkenalkan aku pada sosok bintang. Sinar baru dalam hidupku. Saat bintang mulai bermaksud mempersuntingku, jelas aku tahu ada gurat tak rela dari kedua biji matamu. Perlahan-lahan porosku pun berganti jalur, aku lebih sering berotasi mengelilingi bintang, kekasihku. Orientasiku tidak lagi kamu. Dan dirimu mengira aku mulai menjauh. Padahal meski sinar bintang begitu membara tapi aku masih tak mampu menjalani hari tanpa cahayamu, Purnama. 

Ya, Purnama begitulah aku memanggilmu. Beberapa bulan setelah itu, kau perkenalkan matahari padaku. Wanita itu begitu cantik dan bercahaya. Kau bilang dialah yang menyelamatkanmu dari keputusasaan saat kau kehilangan seseorang yang sangat kau cintai. Matahari berikanmu cahaya hingga engkau mampu bersinar. Tapi, katamu kau mencintai seseorang, dan gadis itu bukan matahari. Seseorang yang kau cintai itu tak perlu berikan apa-apa untuk buatmu berpijar. Cukup mendengar tawanya saja katamu saat itu. Iseng aku tanyakan, siapakah gadis beruntung itu?

Awalnya kau diam. Aku terus mendesakmu. Ku utarakan perasaan bahwa aku pun sama sepertimu. Aku menyayangi bintang karena kebaikannya dan itu semua terkesan hanya sebatas hutang budi. Bintang memang baik hati, rela berbagi sinar dan keindahannya. Mungkin karena itu aku masih mau belajar mencintainya. Ku katakan lagi padamu, aku juga mempunyai seseorang yang kucintai. Dia yang kucintai apa adanya tanpa perlu memberikanku sinar apa-apa, dia yang buatku bahagia apa adanya, cukup dengan terus berdiri di sampingku saja aku telah bahagia. Sungguh sederhana namun mahal harganya. Ceritaku akhirnya buatmu penasaran. kali ini kau yang mendesakku untuk memberitahumu. Aku tak punya kekuatan untuk mengucapkan namanya. perlahan ku dekatkan wajahku ke wajahmu. Ku kecup bibirmu lembut. Kamu tak bergerak, sedikit terkejut awalnya. Tak lama kita pun berpelukan erat dan melepas gelora rasa yang terpendam begitu dalam di bawah sinar rembulan. 

TO BE CONTINUE

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM