Separuh Aku Dirimu (1)

       
            Malam ini begitu berbeda. Kemilau bintang terlihat lebih cemerlang daripada biasanya, ditemani separuh bulan yang bersinar malu-malu, cahayanya pucat dalam temaram. Tak sesempurna purnama, sinarnya pun lebih redup dengan tepian agak berkabut. Entah siapa yang menelan separuh bagian lagi. 

Pandanganku tertuju pada bulan separuh. Pikiranku melayang jauh. Sejenak terbersit tentangmu. Kamu yang pernah menjadikanku purnama, suatu ketika saat dua hati kita tak sengaja menyatu tanpa siapapun yang tahu. Pada akhirnya semua terpaksa merenggang seiring waktu, sejalan dengan kepergianmu. Pelan-pelan wujudmu memudar dari bagian hati yang pernah kau titipkan. Ikatan tersebut lalu meretas satu persatu dan longgarlah ia pada sebuah titik temu. Kamu pun terpental entah kemana dan pada saat bulan separuh bertugas menemani langit mulailah aku kembali menanyakan bagian hati yang kau bawa pulang bersamamu dan sekarang menghilang di dadaku.

Pernah dimasa lalu, saat kita diam-diam berlibur ke Alila uluwatu, tanpa sepengetahuan kekasihku. Malam itu, di dalam kabin bernuansa tiga dimensi, aku merapatkan tubuhku ke bahu lebarmu, menyenderkan kepalaku disana. Mendengarkan detak jantungmu dan merasakan hangatnya hembus nafasmu, aku bahagia. Matamu memandang lautan lepas dan sesekali jemarimu mengusap lembut rambut hitam sebahuku.
" aku mencintaimu.." bisikku di sela kibasan angin nakal yang menggelitik.
Aku menengadah, menatapmu. Berharap kata-kata yang sama meluncur dari bibirmu. Kamu hanya tersenyum, mengencangkan pelukanmu dan mengusap rambutku lembut, bibirmu masih terkatup rapat. Tak sepatah katapun keluar dari sana. 
"Cinta tak semudah kata.."akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutmu setelah sebelumnya kita berdua berdiam diri cukup lama. 
Giliranku yang membisu. 
Pelukan kita mulai longgar, kamu beringsut pelan, menghela nafas panjang.
"aku tak ingin menghancurkan hidupmu dengan cinta itu.."
Kamu tak menatapku saat mengucapkannya. Aku tahu, berkata-kata terlalu sulit buatmu. Aku pun tahu kamu susah payah mengeluarkan kata-kata tersebut untuk meluapkan rasa yang membuncah dan merekah di dadamu.
" aku ingin bersamamu saja.." kau terkejut saat aku memelukmu tiba-tiba dari belakang. Aku mulai terisak. Berat sekali rasanya melepaskanmu di saat kekentalan rasa ini semakin pekat dan aku lumat di dalamnya. Sejak kehadiranmu dalam hidupku, semua terasa berbeda. Bisa kupastikan inilah cinta yang sebenarnya. Purnama yang nyata. Meski Purnama tak berpijar seperti bintang atau matahari, namun dia cukup manusiawi menyerap sinar matahari dan memancar dengan keindahannya sendiri. 


(TO BE CONTINUE)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM