Mencintai Sahabat

Sahabat




Sahabatku aku merindukanmu. Ada hal yang ingin kubicarakan. Aku ingin bercakap-cakap tentang cinta. Jangan tertawa karena aku serius kali ini. Cinta adalah hal tabu untuk aku dan kau pastinya. Berbicara cinta pasti akan mengumbar hubungan yang tak pasti di antara kita. Menghancurkan tali persahabatan yang susah payah aku bangun. berbicara cinta yang tumbuh untukmu sebenarnya aku sungkan. Aku enggan. 
Sahabatku, aku terekstraksi oleh benih-benih perasaan yang tanpa kusadari merasuki emosiku terdalam. Aku mengambang dalam hampa saat tak kau perdulikan. Ada luka saat kata dan kebaikanku tak kau anggap makna. Mungkin kau terlalu tak peka untuk sadar jika perhatianku yang berlebih tak lepas dari cinta yang  tak terelakkan. Apakah harga dari rasa yang membuatku hilang jati diri kau hempaskan begitu saja ke lahan tandus tanpa kau sadari hingga hati ini perih bak terhunus samurai tajam. Perlu untuk kau ketahui jika aku mampu, ingin sekali kumusnahkan rasa yang tercipta untukmu ini dan menenggelamkannya dalam Samudra atau terbang ke ruang hampa dan membiarkan black hole menyedot habis rasa yang hanya buatku menitikkan air mata saban hari.
Aku sadar diri. Aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa yang mampu membuatmu jatuh cinta. Mungkin sosok ku tak pantas untuk kau akui sebagai realita, atau mungkin aku hanya bayangan yang kau sadari hadirnya namun tak kau ketahui daya gunanya. Aku hilang akal. Sempat aku membencimu tetapi melalui jejaring sosial aku selalu menguntitmu. Aku kata, aku benci. tapi tak dapat ku menahan diri hidup sedetik pun tanpa mengetahui informasi mengenai dirimu, walau hanya satu kata, atau tweets ringan serta status facebook yang tak penting bagi orang lain. Bagiku, cukup obati rindu akan kehadiranmu yang selama ini hilang.
Kau bilang aku sahabatmu, namun entah mengapa aku merasa kau tak pernah mensejajarkanku sesuai pengakuanmu. Entahlah, jika kau bilang aku teman biasa saja seperti yang lainnya, rasanya lebih melegakan bila  kuterima gelar itu darimu. Mengartikanku sebagai sahabatmu sepertinya terlalu dipaksakan dan terkesan mengada-ngada sementara perlakuanmu terhadapku tak sebanding dengan makna dari arti kata sahabat itu sendiri. Banyak yang beropini bahwa persahabatan antara pria dan wanita tak akan pernah abadi. Aku juga tak bisa menyangkal bahwa sikapku lah yang membuatmu menarik diri. Mungkin perasaan aneh yang secara tak sengaja ku realisasikan dalam perbuatan membuatmu jadi risih dan menghindar. Mengapa kau harus menghindar?”. Itu akan lebih menyakitiku. Tingkahmu membuatku menghabiskan waktu menangisi perasaanku sendiri. Mengapa kau tidak berterus terang saja supaya aku bisa tenang dan paham terhadap apa yang kau inginkan kemudian aku bisa pergi dan tak usik kamu lagi. Mengapa kau tega gantung aku dalam ketidakpastiaan. Membuatku berharap lalu menghempaskanku lagi dalam jurang gelap hingga akhirnya aku hilang arah dan tujuan.
Aku sering berbohong terhadapmu. Ya, aku membohongi perasaanku sendiri agar kau tidak memutuskan persahabatan denganku. Aku katakan kepadamu aku tertarik pada si fulan dan si fulan.  Apakah kamu tahu dari sekian yang aku ceritakan padamu semuanya itu hanya untuk membuatmu cemburu. Aku sadar akan kebodohan yang ku lakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui reaksimu. Kesalnya aku kau sama sekali tidak cemburu. Kau mengacuhkan aku, ceritaku, harapanku, perasaanku semuanya. Aku benar-benar telah hilang akal. Diri ini begitu tergila-gila padamu. Aku takut sekali akan terus seperti ini selamanya. Aku tak ingin di butakan cinta. Aku ingin kembali normal persis seperti sebelum aku jatuh cinta kepadamu.
Banyak laki-laki aku kagumi. Namun entah mengapa di kepala ini selalu muncul kamu saja. Aku sudah mencoba untuk mencintai orang lain tapi hasilnya nihil. Aku nyaris tidak bisa memusnahkanmu dalam ingatanku. Aku sering menertawai pikiranku sendiri. Setiap kali aku menafikan dan  mengelak akan perasaan ini, setiap detik itu pula muncul resah dan gelisah serta segala macam kebimbangan satu padu. Sejujurnya aku tak butuh penerimaan, aku tak butuh dicintai sedalam aku mencintai yang aku butuhkan hanyalah dihargai karena rasa yang tumbuh ini bukan mauku. Aku tidak pernah meminta hati ini untuk mencintaimu. Lantas salahkah aku apabila rasa ini terus larut.
 Aku tak harap balasan cinta. Aku tahu sampai aku mati pun rasamu untukku tak kan pernah tumbuh subur di ladang hatimu yang telah disemai oleh benih cinta gadis cantik bermata bundar itu. Walaupun demikian, aku berharap kau mampu hargai aku dengan tulus sebagai sahabatmu, teganya kau yang memutuskan persahabatan kita karena perasaan yang aku pun tak mampu mengontrol kehadirannya. Tuluslah sebagai sahabatku. Aku cuma butuh sebuah ketulusan. Perasaan memang milik manusia, namun manusia sendiripun terkadang sulit mengendalikan dan memahaminya. Perasaan bagian dari jiwa, tapi sebenarnya dia bukan seutuhnya milik kita. Sahabatku, itulah yang aku rasakan.
Kau pasti tertawa disana. Mengira aku tidak akan berhasil mengendalikan perasaanku. Kuberitahu kau, Aku sedang belajar. Segala macam komitmen butuh usaha dan mungkin perlu waktu. Aku yakin seiring berputarnya waktu, aku akan mampu melupakanmu. Aku berjanji, tak akan pernah mengusikmu dengan perasaan aneh ini. Entahlah, apa aku harus berterima kasih akan penderitaan ini atau bersedih seumur hidup. Berbahagialah sahabatku karena aku tak akan mengusikmu lagi dengan rasa cintaku ini.



*tulisan lama tahun 2009 yang ditemukan kembali. entah kenapa ada getir yang muncul saat membaca ulang tulisan ini. Perasaan untuknya si "sahabat" sudah berubah sekarang. Bukan cinta yang jelas. aku sudah menemukan cintaku saat ini. Cinta dua sisi yang saling berbalas. Apakah aku bahagia, bisa iya bisa juga tidak tahu. Sebenarnya ada yang lain, hal lain yang muncul saat aku membaca tulisan itu di atas, dan aku pun mulai menarik kesimpulan interaksi dan intensitas yang sering bisa memicu tumbuhnya rasa. Rasa yang aku rasakan untuk seseorang yang berbeda pastinya. :-) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM