Larut Dalam AIR LAUT

Hubungan adalah sebuah ikatan yang dibangun atas dasar suka sama suka antara individu satu dengan yang lainnya. meskipun terkadang kata "Suka" dalam definsi itu sendiri tidak bisa dijadikan patokan sebuah hubungan. Buktinya , banyak kok hubungan tanpa didasari rasa suka. Terikat begitu saja, terjalin tanpa persetujuan kedua belah pihak, tak bisa dihindari. Atau,  hubungan ada karena rasa suka sebelah pihak saja. Bisa jadi.


Hubungan ada banyak macamnya. Mulai dari level paling tinggi ke level paling rendah. Yang paling tinggi tentu saja hubungan dengan Tuhan (Pencipta), di bawahnya lagi keluarga, kemudian saudara seiman, lagi ke bawah hubungan dengan si Ehm (halalnya sih suami, namun saya ga mau muna, saya punya pacar, jadi bisa dibilang hubungan ini adalah hubungan dengan lawan jenis yang kita cintai, baik itu halal maupun tidak), kebawahnya lagi hubungan dengan makhluk hidup di alam semesta, dlll sebagainya




Yang akan saya bahas adalah hubungan dengan si Ehm. Seseorang yang bakal membuat hidup anda lebih berwarna dibandingkan sebelumnya. Hubungan yang buat anda tak bisa tidur nyenyak di malam hari. Hubungan yang buat anda terus mikirin si Ehm sampai lupa segala-galanya termasuk melupakan hubungan yang pertama (jika anda kuat iman, hal ini pasti tidak akan terjadi) 

apapun cerita hubungan dengan Tuhan itu harus tetap jadi yang utama. Secinta-cintanya kita sama si EHm tetap aja ga boleh melebihi cinta pada Pencipta apalagi sampai lupa diri dan menuhankan si dia yang buat kita berbunga-bunga. 

Tapi,Malangnya, dalam hidup saya, teori hanya teori. Praktisnya, sulit sekali terlaksana. Saya pun terkadang demikian sodara. Saya menduakan cintaNya. Saya lebih memilih larut dalam cinta yang tak STABIL tersebut dibandingkan cinta Sang Pencipta yang begitu menjanjikan. Saya membiarkan diri saya terus terombang-ambing tak jelas. Mengapung, tidak tenggelam. Meskipun begitu sama saja. Mengapuk di tengah samudra tanpa kepastian hanya menambah dahaga. Saya butuh kapal untuk bernaung, kapal yang membawa saya ke sebuah pulau untuk menepi. Untuk hidup. Inilah saya, saya tahu buruk jelek dan teori-teori itu. Tetap saja saya kukuh memilih mengapung dan terombang-ambing dalam ketidakpastian

Apakah ada kapal yang menjemput saya? ada pasti ada. Hati nurani saya terkadang mendatangkan kapal tersebut. Sialnya, bagian dari hati saya yang lain menolak untuk naik dan berlayar menyebrangi lautan menuju ke pulau kedamaian. 

Saya sudah terjebak disini, saya senang terapung dan melihat indahnya ikan warna warni yang menari-nari di sekitar. Menikmati indahnya paronama bawah laut dan terpukau begitu lama hingga kapal yang tadi menjemput sudah berlayar jauh dan tak mungkin berbalik arah untuk menjemput saya lagi. Hal tersebut pun bakal terulang lagi. Kapal penyelamat kembali datang, namun saya kembali larut dan terkesima dengan keindahan matahari terbenam di horizon barat. akhirnya, kapal itu pun kembali berlalu. Saya selalu berpikir "Nanti".. nanti saya akan naiki kapal dalam rute berikutnya...."  terus saja seperti itu. SAya begitu asyik dalam dunia saya, terapung dalam ketidakstabilan. Iman saya begitu lemah untuk melawan keterlenaan ini.

Apakah Hari esok atau nanti bakal selalu tersedia untuk saya. Apakah kesempatan itu masih tetap tersisa.? atau suatu saat nanti saya akan membusuk sendiri disini, atau bahkan tenggelam sebelum sempat menaiki kapal. Sudah berapa banyak kapal yang saya lewati. Saya sebenarnya lelah. Lelah sekali. Saya takut penyesalan menghantui saya di kemudian hari. Namun saya begitu pengecut untuk meninggalkan nuansa ini. Saya sudah larut, dan menyatu dalam air. Saya sudah tak punya bentuk lagi. 













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM