Mengubah Orang Lain menjadi seperti yang kita inginkan?




Selamat pagi semuanya,saat ini saya sedang stase di bagian Jiwa. Minggu depan adalah minggu terakhir saya di bagian itu. Di jiwa sungguh santai dan menyenagkan, walau santai banyak sekali ilmu yang kami dapatkan. di bandingkan saat di bagian lain yang tensinya lebih tinggi, membabu saja kerjanya, belajar boro-boro, kudu pinter nyari-nyari waktu. hehehe.
Berhubung ilmu yang di otak saya masih fresh-fresnya belum terkontaminasi sama ilmu-ilmu lain yang lebih ribet, so sekarang saya ingin menuangkan apa yang saya dapatkan di postingan ini. Tentu saja mengenai hal yang berbau psikologis.  

Teman-teman tau tidak bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, nah, dua faktor penting ini adalah kebutuhan dan dorongan. Kalau tidak memiliki dua hal itu, berarti bukan manusia namanya. 

Untuk hidup layak sebagai manusia, tentu saja ada beberapa kebutuhan yang harus terpenuhi,minimal kebutuhan badani, psikologis, sosial dan kultural. kebutuhan badani contohnya makan, minum, istirahat, tidur, SEX, de el el. Kebutuhan kultural bisa berupa perilaku yang dituntut oleh kebudayaan , kebutuhan spritual perilaku yang dituntut agama, nah kalau kebutuhan psikologis misalnya kebutuhan akan kasih sayang (NEED TO BE LOVED) dan kebutuhan harga diri. sedangkan, kebutuhan Sosial misalnya kebutuhan akan keterlibatanm kebebasan, kemandirian, autonomi. Tetapi teman-teman psiklogis dan sosial susah dipisahkan, sehingga mereka digabungkan deh menjadi kebutuhan psikososial.

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti yang saya sebutkan di atas tidak bisa kita penuhi sendirian. Kenapa? Karena kita membutuhkan ORANG LAIN.  meski kita tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu sendirian, namun kita jelas bertanggung jawab agar kebutuhan kita terpenuhi. Supaya apa? Supaya kita bisa berfungsi baik sebagai manusia lah...!!!

Kebutuhan psikologis kita pada umumnya dapat terpenuhi oleh orang lain dalam suatu hubungan antarmanusia yang baik.Tentu saja hal itu akan lebih mudah terjadi jikalau relasi kita dengan orang tersebut baik. Nah, tanggung jawab kita lah sebagai individu, menjaga agar hubungan dengan orang lain tersebut baik (dengan pasangan, orang tua, saudara, teman, sejawat, atasan, guru dll).

Bagaimana bila relasi atau orang yang sedang menjalin hubungan dengan kita , tidak baik atau tidak seperti yang kita harapkan? Apa yang harus kita lakukan? Mencela? menuntut mereka untuk menjadi seperti yang kita inginkan? Salah besar. Bila kita mencela, menuntut atau hendak mengubah supata mereka mau memenuhi kebutuhan kita (menjadi baikatau seperti yang kita harapkan) maka relasi kita akan lebih tegang, sehingga akan lebih sukar bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan kita. kita sendiri tidak mau diubah oleh orang lain. LEBIH BAIK, kita berusaha merubah diri kita sendiri, sehingga hubungan dengan orang lain akan tetap baik. Karena kita berubah maka biasanya orang lain itu juga berubah dan kebutuhan kita terpenuhi. 

Untuk menjamin supaya manusia berusaha agar kebutuhan terpenuhi, maka terdapat dorongan beruapa sensasi fisik bagi kebutuhan fisik dan perasaan emosional bagi kebutuhan psikologis. Dorongan itu ada yang tidak menyenangkan (negatif) yang timbul bila kebutuhan tidak terpenuhi dan ada dorongan yang menyenangkan (positif) yang timbul bila kebutuhan terpenuhi.


Nah, teman-teman. Perasaan hanyalah perasaan yang timbul secara spontan di dalam diri kita, Tentu saja , kita tidak dapat memilih perasaan apa yang akan kita rasakan. kita tidak dapat secara spontan merubah mood atau suasana hati atau merubah perasaan semudah mengganti channel TV, "saya mau gembira" atau "saya mau sedih", yang namanya perasaan tak ada yang mampu di kontrol. Sehingga, kita tidak bertanggung jawab atas perasaan kita. Kita tidak menjadi orang baik atau pun jahat dengan mengalami suatu perasaan. Tetapi, Guys, Kita bertanggung jawab atas perilaku kita setelah mengalami perasaan.. karena kita dapat memilih perilaku apa yang akan kita perlihatkan.

Paham? nah, contohnya seperti ini, perasaan kita adalah iri hati terhadap teman yang punya segudang prestasi, lalu perilaku yang dapat kita pilih sebagai tanggung jawab kita adalah, misalnya; memfitnah orang yang kita iri terhadap teman kita yang punya banyak prestasi, atau kita bekerja lebih keras untuk mencapai prestasi seperti orang itu.

Nah, dari semua yang telah terpapar di atas , apakah yang paling esensial? yang terpenting adalah kita harus TAHU PERASAAN YANG SEDANG KITA ALAMI, positifkah atau negatifkah serta dalam kondisi yang bagaimana. Melalui refleksi yang lebih lanjut kita akan menemukan kebutuhan apa yang sudah dan belum terpenuhi. Terutama yang paling berbahaya adalah perasaan negatif yang menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang belum terpenuhi, bagaimana cara memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi? caranya adalah dengan mengubah perilaku kita sendiri ke arah yang lebih baik dan tidak menuntut dari orang lain. 



Bahaya sekali bila perasaan negatif dibiarkan terus menerus, berarti ada kebutuhan yang terus menerus tidak terpenuhi, maka seseorang akan mencari kompensasi agar terpenuhi, yang bahaya apabila kompensasi ke arah yang tidak sehar (Narkoba, judi, perlaku berbahaya lain dll) atau yang lebih berbahaya, bisa stress terus menerus dan mengalami gangguan jiwa.


Kesimpulan


Penuhilah kebutuhanmu sebaik mungkin dengan cara yang baik, ubahlah dirimu sendiri ke arah yang lebih baik bukan menuntut perubahan orang lain.














Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM