Jadi Dokter? Mikir Dulu deh



Kepala pusing tujuh keliling. Nyut-nyutan tiada henti. Mulut komat kamit merutuki diri. Menyesal? sedikit. Intinya ada banyak hal yang aku pahami mengenai profesi yang aku sendiri merasa "is it ur choice?" or "you don't have a choice"
pertama
 "jadi dokter itu tidak gampang", prosesnya panjang, lama (bagi yang pingin nikah muda bakalan ga kesampaian niatnya), melelahkan, membosankan.."
kedua
"jadi dokter harus penuh tanggung jawab"
Ketiga
"Jadi dokter harus belajar seumur Hidup(MUTLAK)
Keempat
"jadi Dokter ga boleh malas, karena yang dihadapi adalah nyawa manusia"(saya ini pemalas :(_)
Kelima

"jadi dokter harus punya skill"
Keempat
"jadi dokter harus punya Etika"
Kelima
" Jadi dokter harus bersih jati dan citra diri"
Keenam
setelah dapat ijazah belum pasti anda bisa buka praktek dan jleb dapat ijin praktek, harus lewati berbagai macam tantangan lagi untuk membuktikan "u deserved to be a doctor"  dan tantangan itu semakin tahun semakin sulit... Tantangan itu adalah Ujian Uji Kompetensi Dokter Indonesia. belum lagi ada isu OSCE Nasional yang jauh lebih parah,
blablabla
Ketujuh
Blabalalabalaaa (yang mau jadi dokter "mikir2" lagi deh" istikarah dulu,jangan menyesal kemudian)"

kabanyakan masyarakat khususnya Indonesia pengen jadi dokter karena bagi mereka jadi dokter itu gampang.
pertama; gampang dapat jodoh (apalagi kalau tampang cakep, yang jelek aja laku)
kedua: gampang dapat kerja
ketiga: mudah dapat penghasilan
kelima: martabatnya terangkat drastis
keenam: mudah masuk surga (ps:jika mengamalkan ilmu dengan benar)
ect

But wait... Kerumitan menjadi dokter itu loh, coba pertimbangkan , coba renungkan. Jika memang cinta sama profesi ini dan merasa ini lah kamu seharusnya, ndak masalah "take it" "chase it" "run for it". Tapi jika ada unsur paksaan atau hanya melihat yang gampang-gampangnya mundur aja deh. Kesimpulannya "serahkan semua sama Allah, ok deal.

Well, Ingatlah Sobat..Menjadi seorang dokter harus plus plus plus deh. Harus positif semuanya. Tidak boleh cacat sedikitpun. masyarakat terkadang ga mengenal "dokter itu juga manusia". Mereka menuntut dokter harus sempurna dan tanpa cela. Salah sedikit jadi terdakwa. berakhir di penjara, Ijazah dan gelar "dokter" yang di dapat dengan perjuangan gila serta menguras jiwa raga bahkan bisa melayang begitu saya. "Bleep" seperti gelembung sabun yang pecah sepersekian detik setelah ditiup.

By The way
aku sudah S.ked (*sedikit pamer)
tapi S.ked di fakultas kedokteran masih belum berarti apa-apa sebelum melalui Clinical skill bahasa awamnya KKJ (3 bulan) plus koass (1 tahun 8 bulan). Sah-sah aja sih kalau mau lanjut S2 ke luar negeri maupun dalam negeri dan ga mau lanjut ambil profesi, but wait... emang orangtua elo rela? ga mungkin mereka mau anaknya ga jadi dokter dan cuma dapat gelar s.ked. Ndak mungkin.. Cuma 3% kalaupun ada. Buktinya temen2 ku ndak ada yang stop sebelum mendapat titel dokter. keinginan ada , seperti aku contohnya namun keinginan tetap keinginan yang tidak dapat terealisasikan. Perasaan tidak enak terhadap orangtua lebih mendominasi sehingga keputusan lanjut mencapai gelar dokter menjadi prioritas.
Biasaya pendidikan di fakultas kedokteran itu tidak murah coy, untuk orang yang berstatus ekonomi menengah ke bawah seperti saya itu Mahal. satu semester harus bayar 3.600.000.

Mari kita kalkulasi. Pendidikanku di FK sampai aku wisuda adalah 3 tahun 8 bulan. 1 semester 6 bulan. 1 tahun ada 2 semester. 3 tahun ada 6 semester. 6 x 3.600.000 = Rp. 21.600.000 . 3 tahun aja segitu, apalagi 3 tahun 8 bulan. Itu masih SPP belum lagi uang buku (1 buku kedokteran ada yg jutaan ada yang ratusan), uang administrasi, peunawa, biaya skripsi, biaya beli peralatan). KKJ + Koas juga butuh SPP. 1 semester 3 juta. Dihitung-hitung ayahku telah menginvestasikan kurang lebih 50 juta untuk pendidikanku. Coba anda pikir apakah pantas aku menyia-nyiakan perjuangan ayah dan menuruti keinginanku untuk S2. Aku rasa tidak pantas. Aku telah melalui ini selama bertahun-tahun dan mutlak bagiku untuk meredam segala egoisme untuk berhenti sebagai wujud terima kasih terhadap karunia Allah dan perjuangan orangtua. Susah memang, tetapi bukankah di balik kesusahan ada kemudahan. Aku sudah memilih berada di jalan ini meskipun Aku teradang merasa tidak mampu atau tidak pantas, namun aku tak berhak mengeluh atau berhenti. Aku harus menuntaskan dan berhasil pada apa yang sudah aku pilih. Ini pilihanku secara tidak langsung yang memang pada saat menjalaninya aku merubahnya.

Jangan kecewakan orangtua mu nak, jika kamu yakin kamu mampu membahagiakannya..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM