Memeluk Cinta Part 2

Cerita ini  adalah Sambungan dari memeluk cinta part 1 Klik Disini untuk membaca



"Aku akan menikahi Della,Nin.." kamu menegaskan hal itu sekali lagi, wajahmu menunduk dalam tak sanggup menatapku. Mungkin kamu merasa bersalah atau cuma kasian , aku tidak tahu.


Jika memang boleh, ingin rasanya aku berulah. Melemparkan apa saja ke wajahmu. Berteriak marah, memaki, dan menangis sembari menangis atau meraung raung seperti anak kecil yang kehilangan permen. Tapi tidak, aku wanita dewasa sekarang, bukan gadis SMA manja yang kamu pacari bertahun tahun silam, atu mahasiswi alay yang sedikit-sedikit menangis jika cemburu saat kamu di ganggu wanita lain. 

Dua tahun lalu, saat kamu meminta agar kita jeda dari romantisme ini, aku mulai bijak menangkap seribu hikmah. Kesendirian memaksaku berfikir, bahwa sejatinya aku tak memiliki apa-apa atau siapa-siapa, Aku Nindi, hanya seseorang yang bisa ada bisa juga tiada. Satu dari sekian milyar makhluk di semesta yang Menempati dimensi waktu yang dinamis dan berhubungan dengan hal-hal fana yang hakikatnya  tak pasti.


 Dua tahun aku belajar merelakan apa yang aku miliki bahkan sebelum mereka hilang atau pergi. Memberikan yang terbaik untuk apa yang aku punyai saat ini, dan pada saatnya jika sesuatu itu tak ada lagi, minimal aku punya kenangan manis untuk ku bagi pada masa depan.

Awalnya susah, membiasakan diri tanpa kehadiranmu. Dulu , setiap hari kita selalu saling bertukar kabar layaknya pecinta sejati, kata-kata romantis kita rakit sedemikian rupa dan sekarang menguap, tak pernah kita dengungkan lagi sejak perjanjian kita waktu itu.

Jujur aku merasa sepi. Frustasi, seharian aku merenung seperti orang gila, bolak balik mengecek Handphone berharap kamu berubah pikiran tentang itu. Ingin rasanya menelpon mu dan memohon agar kita pakai cara lain saja, ntahlah, aku tak sanggup kehilangan meski kamu pastikan kita tidak putus. Kamu bilang suatu hari nanti akan menjemputku di saat semuanya beres. Ah, Tetap saja Jeda ini menyakitiku. Aku rindu. Aku rindu Kamu.



Ya. Rindu ini benar - benar menyedot semangat hidupku. Aku terpaksa cuti tiga hari dari kantor. Seharian mengurung diri di apartemen mungilku. Hp ku non aktifkan. Aku ingin lenyap dari kehidupan sesaat.



Tiga hari kemudian baru aku hidupkan lagi Handphoneku. Dan kabar buruk itu pun muncul dari pesan-pesan yang terus masuk memburu di layar Handphoneku. Pesan yang selama tiga hari ini tak terbaca. Terabaikan sepertiku. Ku baca satu persatu.  Sampai akhirnya kutemukan berita buruk disana. Aku pingsan.


 Sonya teman terbaikku meninggal. Teman yang selalu menemani sejak kami sama sama berusia 5 tahun.  Sonya yang selalu ada dan mencintaiku apa adanya. Sonya yang tak pernah pergi. Sonya yang memelukku dan menghiburku di saat sepi. Gadis bermata sayu itu kehilangan nyawa karena kecelakaan lalu lintas.  Mobilnya menabrak truk kargo saat menuju ke apartemenku, aku yakin saat itu pasti ia khwatir karena aku hilang kabar, ia pasti hendak memastikan apakah aku baik-baik saja. Tapi takdir memaksanya berpisah dari ku dan semua orang. Aku menyesal tak sempat mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kali.

Kakaknya menghubungiku tiga hari lalu, tapi Hp ku terus tak bisa dihubungi. sonya dilarikan ke runah sakit, dia  sekarat. Satu hari sebelum Hp ku aktifkan, ia pun menghembuskan napasnya yang terakhir.

Aku terlambat. Aku bahkan tak sempat menemani dia di saat terakhirnya. Tak sempat meniupkan doa-doa dan ucapan selamat tinggal di telinganya. Tak sempat mencium keningnya terakhir kali. Tak sempat menyalatkannya dan mengantarkannya ke pembaringan terakhir. Yang paling buruk, aku tak sempat mngucapkan terima kasih untuk belasan tahun yang telah kami lewati bersama.  Sahabat macam apa aku? Aku hancur. Jauh lebih hancur dibanding apapun.



Kepergian Sonya, menyadarkan ku bahwa sejatinya aku tak memiliki siapa-siapa. Aku hanya bisa membagikan cinta dan menerima balasan cinta dalam wujud apa saja. Namun. Fisik dan nyawa, itu bukan milikku. Itu Milik pencipta. Ia bisa mengambilnya kapan saja. 



Hubungan, kasih sayang mungkin bisa rusak karena sifat buruk mnusia itu sendiri, Tapi, jika Tuhan yang memanggil, hanya kenangan saja yang ada. Sisanya hanya raga tanpa jiwa yang kemudian membusuk di pusara.


"Nin.. Are u okay? " kali ini kau memberanikan diri menatapku. 
Aku berusaha kuat. Berusaha tidak menangis meski mataku berkaca-kaca. Berat sekali, berat sekali melepaskanmu. Dengan tujuh tahun jalinan cinta yang sudah kita rajut.

 Jatuh bangun kita bersama. Susah senang kita selalu hadapi dengan tawa. Saat kamu susah selalu ada aku yang berusaha menyelesaikannya. Sewaktu aku jatuh selalu ada kamu yang mengulurkan tangan mengajakku berdiri.

Aku masih tak percaya, ingin rasanya bertanya kenapa? kenapa begitu mudah aku tergantikan? Kemana cinta yang dulu pernah ada? secepat itukah ia terhapus? semudah itukah? kenapa bisa? pertnyaan itu terus saja berkecamuk tapi tak mampu kulontarkan.


 Aku takut sekali menangis. Aku tak mau mengacaukan jalan hidupmu, yang aku tahu mungkin selama dua tahun ini sudah kau bangun. Aku tak mau mengacaukan semua itu, karena aku mencintaimu , sangat mencintaimu. Aku harus merelakanmu. Kamu menatap mataku, aku masih menunduk, menyembunyikan mataku yang berkaca-kaca.  Aku takut untuk menatapmu hanya untuk mendapati bahwa tak ada lagi cinta disana. 


"kamu, kamu bahagia?" akhirnya kata-kata itulah yang keluar dari bibirku. Aku mengatur napas sebisa mungkin agar suaraku dan terdengar seperti isak.

Kamu menatapku, matamu seolah masih bertanya tanya tentang pertanyaanku.


"Kamu bahagia dengan Della?" kali ini suaraku terdengar sedikit aneh dan parau.

Kamu menunduk, mengacak rambut, meremas ujung kemeja. Serba salah.
"Ya.. aku bahagia bersamanya.."

"jauh lebih bahagia jika bersama denganku?"  kali ini suaraku terdengar lebih stabil. 

"Ya.." jawabmu tanpa melihat ke arahku. kamu miringkan wajahmu ke kiri sebagai antisipasi kalau kalau aku akan menamparmu atau menyiramkan Smoothie minumanku ke arahmu.

Aku tertawa. Kamu mengernyitkan dahi.Bingung
" aku tak bisa berbuat apa-apa. Bagiku yang paling penting kebahagiaanmu. Jika kamu lebih bahagia dengannya aku bisa buat apa. Aku terpaksa harus merelakanmu.. Harusnya kamu cerita dari dulu. Jadi tak perlu hidupmu susah dengan rasa bersalah itu.. Heii..lihat aku. Tersenyumlah. sebentar lagi kamu akan menikah. Ahajaha.. jangan begitu serius..." Akhirnya aku bisa mengatakannya . 


"kamu bahagia saja lebih dari cukup.."  Aku tersenyum lagi . Senyum paling iklas yang pernah ku bagi.



"Jika melepasmu pergi adalah salah satu cara untuk membuatmu berbahagia, maka aku akan melakukannya.."




Kali ini ku lihat matamu yang mulai berkaca-kaca.



"Boleh aku memelukmu terakhir kali? tanyaku.
Aku pun berdiri sebelum kamu mengiyakan, menghampirimu dan memelukmu dengan nyaman.
" Tak perlu merasa bersalah, tak perlu takut, aku tak akan pernah membencimu" ucapku sambil melepaskan pelukan. Kamu masih mematung dengan tatapan kosong.



" Jangan lupa undang aku..ya" Aku menyeka air mata.  "Baiklah, aku harus pergi. Workshop dimulai satu jam lagi.." Ku bereskan tas Channel hitamku dan menyampirkannya ke bahu. Kamu masih mematung. Terlihat sedih.

" Hey.why so serious? candaku smbil menjawil lenganmu.


" Nin..terima kasih. Terima kasih untuk selalu ada, terima kasih untuk tujuh tahun yang sudah kita bagi..m..a..a..p.." Suaramu mulai parau dan aku tahu kamu tak sanggup melanjutkan. Kemudian aku memelukmu sekali lagi.



" Dont need to say sorry. any way .. Terima kasih juga Drea, kamu udah ngajarin aku banyak hal.. aku harus pergi.. tolong bayarkan smoothie ku ya..."

Aku memelukmu sekali lagi, dan kemudian buru buru pergi.Berusaha terlihat setenang mungkin di hadapanmu padahal dadaku sesak sekali dan mungkin beberapa detik lagi air mataku akan tumpah lagi. Aku berbalik dan aku masih merasakan matamu terus mengikuti punggungku yang perlahan menjauh dari jangkauan matamu

Bersambung
Lanjut  Part 3

Komentar

  1. "Why so serious?"
    It's sooo... epic!
    Haha

    BalasHapus
  2. ahahhha.. everybody supposed to be serious it when they are in situation. but The girl has no idea and nothing come up in her broken mind.wkkwkw

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM