Memeluk Cinta Part 1

Pagi yang hangat di kota apik tempatmu bekerja sembari menuntun ilmu untuk menambah embel-embel di belakang nama. Dari balik kusen jendela kaca berbingkai persegi, aku melihat sosok pria jangkung yang tergesa menuju Cafe, di tempatku yang saat ini sedang menyeruput Banana Ginger Smoothie.

Aku tersedak, ini kali pertama aku melihatmu setelah dua tahun. Tidak banyak yang berubah dari wajahmu, masih tampan seperti dulu.Yang berbeda adalah kau tampak sedikit lebih Fashionable. Dulu rambutmu dipangkas cepak begitu saja, soal pakaian, apa yang nyaman kamu pakai, biasanya cuma kaos dan celana jeans gombrong biasa. Bayanganmu yang kulihat dari balik kaca tadi sedikit berbeda, membuatku gugup dan berdegup kencang.
         Aku mendengar kenop pintu  terbuka diikuti suara ramah ucapan selamat datang dari palayan cafe.  Aku melihat bola matamu bergerak ke segela arah mencari sesuatu dan pandangan kita pun beradu. Kau terlihat sedikit kikuk, menghela nafas lega dan mendekati mejaku. Degup jantungku sejalan dengan derap langkah kakimu. Semakin dekat semakin berpacu.
"Maaf membuatmu menunggu lama, tadi mendadak Pak Danni menyuruhku menyusun beberapa berkas penting untuk meeting besok pagi, berat rasanya untuk bilang tidak.."
permintaan maaf karena keterlambatanmu cukup membuat kebekuan akibat jarak dan waktu di antara kita sedikit mencair.
"Kopi hitam hangat satu" ucapku pada pelayan yang mendekat ke meja. Kau tersenyum
"aku baru saja mau menyebutkan itu.." lalu kita tertawa.
Hanya beberapa detik saja, saat wajahmu berubah menjadi serius dan suasana menjadi hening. Hanya Bola mata kita yang saling menatap dan berbicara. Jeda kebisuan ini terasa begitu lama. Hatiku kembali menerka-nerka. Aku sudah sangat mengenalmu,kita sudah saling mengenal selama sepuluh tahun dan sejak 7 tahun belakang kita menjalin cinta. Jika situasi membuat sikapmu seperti ini biasanya karena ada hal serius yang ingin kamu sampaikan.
"mungkinkah kamu akan melamarku? tanyaku dalam hati. Tapi aku mendadak sangsi. Dua tahun belakangan hubungan aku dan kamu bisa di bilang begitu renggang, jarak dan waktu seolah merenggang tali yang mengikat kita. Karena lelah terus bertengkar tiada ujung dan demi karir masing-masing saat itu kamu minta Break, menciptakan jeda sesaat dalam hubungan kita. 

"Aku butuh waktu untuk fokus pada karirku saat ini, pada studi yang sedang aku jalani, beri aku jeda sesaat dari cinta ini,kamu juga harus fikirkan karirmu yang baru kau bangun itu. Aku tak mau karirmu itu hancur hanya karena aku, ayolah demi masa depan kita.." 
Aku pun setuju, meski sebenarnya berat. Dua tahun kita jalani hubungan aneh itu. Ya, kita tak lebih bagai teman biasa. Sebulan sekali cuma bertanya kabar melalui pesan. Tapi cara ini membuat karirku lumayan sukses. Aku percaya padamu, dan apa yang menjadi hak ku tak akan pernah menjadi hak orang lain. 
Hingga setelah dua tahun lamanya, aku memberanikan diri mengirimu pesan.

To.  Drea
+62853xxxx

mnggu dpn aq mngikuti workshop d kotamu, jka blh aq mau jmpa sekedar brtegur sapa. demi tuhan sudah dua tahun. Butuh jeda berapa lama lagi?"

Drea
+62853xxx

kbtlan skali. sbnrnya aq jg ingin mmbcrakan sesuatu dgnmu. secara lgsung.. 

Dan akhirnya kita janjian untuk bertemu di cafe La Rose ini.

"Nin..Nindi.." suaramu menghalau lamunanku. 
"ah.. iya maaf.. kebisuan membuatku tak fokus.." aku tersenyum sesaat, gugup. 
"Apa yang ingin kau bicarakan? sepertinya sangat serius?" pancingku lagi.

"Nin.. Aku akan menikah..." lamat lamat ku simak suaramu, meski pelan tapi terdengar jelas di telingaku.
Aku terkejut, beberapa ujung jemariku menyentak gelas minumanku, dan kau dengan sigap menahannya agar tidak jatuh.
"Maksudmu? kita akan menikah? begitu mendadak dan kau benar-benar tak romantis, melamar dengan cara seperti ini.." aku mendengus kesal sekaligus bahagia, ingin rasanya memelukmu saat itu juga dan keinginanku tertahan ketika melihat kamu menggeleng lemah.

"Bukan KITA tapi Aku.." jawabmu lagi
aku mengernyikan dahi tanda tak mengerti.
"Aku dan Della,..Nin.." 
Aku berusaha mencerna kata-katanya. Menggerak gerakkan tangan ku seperti hendak menjelaskan sesuatu, tapi tak ada kata apapun yang keluar...
Aku menarik napas dalam, berusaha menahan gejolak emosi dan kesedihan yang membuncah menjadi satu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Sih Clinical Skill (KKJ) Itu?

Pengalaman Mengirim Barang Dengan Menggunakan jasa Dakota Cargo

PENGURUSAN SERKOM DAN STR UNTUK DOKTER UMUM